Beranda | Artikel
Dzikrullah: Suplemen Utama bagi Hati
21 jam lalu

Dzikrullah: Suplemen Utama bagi Hati merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh: Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Amalan-Amalan Hati. Kajian ini disampaikan pada Jumat, 14 Jumadil Akhir 1447 H / 5 Desember 2025 M.

Kajian Tentang Kedudukan Dzikrullah

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan keutamaan dan kedudukan dzikir, serta manfaat dan buah manis dari dzikir bagi hati, jiwa, dan kehidupan secara keseluruhan, yang berlanjut hingga akhirat.

Kedudukan Dzikir

1. Dzikir adalah Makanan Pokok Hati

Barang siapa meninggalkan dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla, maka jasadnya adalah kuburan bagi hatinya. Hati yang jauh dari dzikir adalah hati yang mati. Seseorang yang berjalan di permukaan bumi tanpa dzikir bagaikan jasad tanpa ruh, yang mungkin diistilahkan sebagai mayat-mayat yang berjalan. Dzikir adalah landasan utama untuk meraih kemuliaan, yaitu kedekatan dengan Allah.

Barang siapa senantiasa berdzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla, ia akan senantiasa terkoneksi dengan-Nya. Bila seseorang jauh atau meninggalkan dzikir, ia akan terputus. Dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla akan memakmurkan kehidupan, terutama kehidupan hati. Bila hati jauh dari dzikir, segala kejelekan dan kesengsaraan akan menyertai hati dan jiwa.

2. Dzikir adalah Senjata dan Tameng

Dzikir adalah senjata yang menjadi tameng, yang digunakan seorang hamba untuk membendung berbagai serangan musuh, yaitu jin dan setan.

3. Dzikir adalah Obat dan Pemadam Api Syahwat

Dzikir bagaikan air yang akan memadamkan gejolak api syahwat, kegersangan, dan kebimbangan. Dengan dzikir, api syahwat tersebut akan padam. Dzikir adalah obat (dawa’) untuk segala penyakit hati. Jika obat ini tidak diberikan dan tidak dikonsumsi, maka hatinya akan merana dan sakit.

4. Dzikir adalah Tali Ikatan yang Kuat

Dzikir adalah tali ikatan yang kuat, pegangan yang kokoh, yang akan senantiasa mengkoneksikan seorang hamba dengan Allah ’Azza wa Jalla . Dengan dzikir, berbagai kejahatan dan kerusakan dapat ditepis, berbagai kesulitan dapat dihadapi, dan berbagai musibah akan terasa ringan.

Ibadah yang Tak Terbatas Waktu

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa dzikir merupakan ibadah hati dan lisan yang tidak dibatasi (dengan waktu tertentu).

Berbagai amalan yang dilakukan dengan anggota badan memiliki batasan waktu dan tempat, tidak setiap saat dan tidak di setiap tempat. Akan tetapi, dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla adalah ibadah hati dan lisan yang tidak dibatasi dengan waktu tertentu. Seseorang diperintahkan untuk senantiasa berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap kondisi dan keadaan:

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring.” (QS. Ali ’Imran [3]: 191).

Buah Manis Dzikir

1. Dzikir adalah Tanaman Surga

Dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla diumpamakan sebagai tanaman surga. Hati yang gersang dan jauh dari dzikir akan sengsara, merana, dan menjadi penjara bagi jiwa. Dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla adalah pondasi utama bangunan iman, akar yang kokoh untuk pohon keimanan. Bila akar tersebut semakin kokoh tertanam di dalam hati dan jiwa, pohon keimanan akan memberikan buah yang manis, memberikan kemanfaatan bagi pemiliknya dan orang-orang di sekitarnya.

2. Dzikir adalah Pembersih Hati

Dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla adalah pembersih dan pengilap hati yang akan membuat hati menjadi bersih dan bening. Itulah obat bagi penyakit hati.

Semakin banyak seseorang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semakin bertambah cintanya dan rindunya untuk bertemu dengan Allah ’Azza wa Jalla. Apabila hati dan lisannya menyatu dalam berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia akan lupa kepada segala sesuatu selain Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga segala sesuatu baginya, dan itulah pengganti terbaik dari segala sesuatu yang hilang dan sirna. Selama hati berdzikir kepada Allah, hati akan senantiasa bersemi dengan cinta kepada Allah dan merindukan perjumpaan dengan-Nya.

Seorang hamba akan rindu bersua dengan Allah ’Azza wa Jalla bila hatinya bersemi dengan cinta kepada-Nya. Hati akan bersemi dengan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila hati dan lisannya bersatu dalam berzikir kepada Allah. Dzikir adalah pengganti terbaik, dan dengannya Allah ’Azza wa Jalla akan menjaga segala sesuatu yang diberikan kepada hamba-Nya.

Dengan dzikir, segala penutup yang menghalangi pendengaran dari mendengar kebaikan akan hilang. Segala kekakuan dalam lisan akan sirna, dan segala kegelapan dalam pandangan hati akan menjadi terang benderang dengan dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla .

Allah Subhanahu wa Ta’ala menghiasi lisan orang-orang yang berzikir dengan menyebut Allah, sebagaimana Allah menghiasi pandangan mata orang-orang beriman dengan ilmu dan cahaya kebenaran yang Allah berikan kepada mereka.

Adapun lisan orang yang lalai berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, perumpamaannya, kata Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah: “Perumpamaannya seperti mata yang buta, telinga yang tuli, dan tangan yang kaku.”

Orang tersebut memiliki mata tetapi buta, tidak melihat; memiliki telinga tetapi tidak mendengar; dan memiliki tangan tetapi tidak bisa digerakkan, kaku.

Dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla adalah pintu yang terluas dan paling agung, yang senantiasa terbuka. Dari pintu tersebut, seorang hamba akan masuk untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjumpai-Nya. Pintu yang membuka jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa terbuka selama hamba tidak menutupnya dengan kelalaiannya.

Download MP3 Kajian Dzikrullah: Suplemen Utama bagi Hati


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55867-dzikrullah-suplemen-utama-bagi-hati/